Ada yang berbeda dari Stasiun MRT Cipete Raya. Stasiun ini kini memiliki nama baru: Stasiun MRT Cipete Raya Tuku. Kopi Tuku, brand kopi lokal yang telah mencuri hati banyak konsumen Indonesia, membeli naming rights atau hak penamaan stasiun tersebut. Langkah ini bukan hanya strategi branding biasa, tetapi juga sebuah inovasi dalam memperluas identitas brand di ruang publik. Apa yang membuat strategi ini unik, dan pelajaran apa yang bisa diambil darinya?
Nama Stasiun Sebagai Media Branding
Membeli hak penamaan stasiun MRT adalah langkah yang jarang dilakukan oleh bisnis lokal, apalagi di sektor F&B. Namun, strategi ini sangat relevan dengan era di mana branding tidak hanya soal produk, tetapi juga tentang kehadiran di ruang konsumen. Berikut adalah alasannya:
- Meningkatkan Brand Awareness, Nama stasiun yang dikunjungi ribuan orang setiap hari kini membawa identitas Kopi Tuku. Setiap kali penumpang menyebut atau membaca nama “Cipete Raya Tuku,” brand Tuku menjadi lebih melekat di benak mereka.
- Menghubungkan Brand dengan Komunitas Lokal, Cipete dikenal sebagai salah satu area yang ramai dengan gaya hidup urban. Menempatkan nama Tuku di stasiun ini mencerminkan hubungan erat dengan komunitas yang menjadi pelanggan utama Tuku.
- Memanfaatkan Transportasi untuk Eksposur Berulang, Transportasi publik seperti MRT adalah ruang yang memberikan eksposur tinggi dengan frekuensi berulang. Setiap kali seseorang naik atau turun di stasiun ini, Tuku mendapat pengingat visual gratis.
Keunggulan Strategi Naming Rights untuk Bisnis Lokal
- Membangun Citra Sebagai Brand Besar, Langkah ini menunjukkan keberanian dan visi Tuku sebagai brand lokal yang ingin bersaing di level yang lebih tinggi. Hak penamaan stasiun biasanya dikaitkan dengan perusahaan besar, sehingga langkah ini memperkuat kesan profesionalisme dan kredibilitas.
- Asosiasi Positif dengan Mobilitas Modern, MRT adalah simbol transportasi modern, cepat, dan efisien. Mengaitkan nama Tuku dengan MRT memberikan kesan bahwa Tuku adalah brand modern yang relevan dengan kebutuhan masyarakat perkotaan.
- Menciptakan Percakapan Organik, Langkah ini mengundang perhatian publik dan media, menciptakan buzz yang meluas di media sosial dan pemberitaan. Strategi ini tidak hanya meningkatkan eksposur tetapi juga menciptakan engagement dari audiens yang penasaran.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Tantangan
- Kesinambungan Branding: Setelah nama stasiun menjadi milik Tuku, tantangannya adalah bagaimana menjaga keberlanjutan branding ini dalam jangka panjang.
- Ekspektasi Konsumen: Publik akan berharap bahwa langkah besar ini diiringi dengan inovasi lain dari Tuku, baik dalam produk maupun layanan.
Peluang
- Kolaborasi dengan Transportasi Publik: Tuku dapat memperluas jangkauannya dengan membuat promo spesial untuk pengguna MRT. Misalnya, diskon bagi yang menunjukkan tiket MRT di gerai Tuku.
- Meningkatkan Penjualan Lokal: Kehadiran Tuku di Cipete Raya dapat menarik lebih banyak pelanggan untuk mampir ke area sekitar, memperkuat hubungan antara brand dan lokasi fisik.
Kesimpulan, Dengan membeli hak penamaan Stasiun MRT Cipete Raya, Tuku telah menunjukkan bahwa inovasi branding tidak harus selalu melalui jalur konvensional. Langkah ini tidak hanya memperkuat eksistensi Tuku sebagai brand lokal, tetapi juga memberikan contoh bagaimana bisnis bisa memanfaatkan ruang publik untuk menjangkau konsumen secara lebih luas dan berkesan. Strategi ini membuktikan bahwa branding bukan hanya soal logo atau iklan, tetapi tentang menjadi bagian dari keseharian konsumen.
Comments